Membela Mimpi

Oktober 13, 2011

Banyak orang yang kini terkadang untuk bermimpi saja tak berani. Runyamnya kehidupan membuat mereka harus menekuk asa dan cita. Melalui novel Negeri 5 Menara, Ahmad Fuadi mengajak kita semua untuk membela habis-habisan impian setinggi apapun dengan semangat man jadda wajada. Itulah prasyarat untuk menjadi pribadi yang sukses.

Rute kesuksesan, menurut Fuadi, selalu dimulai dari sebuah impian. Karenanya jangan sekali-kali meremehkan impian kita sendiri. Seringkali seseorang merasa impiannya terlalu tinggi, sehingga kemudian menjadikan dia malas karena pesimis bakal bisa mewujudkannya. Karena itu, serunya, jangan pernah takut untuk bermimpi karena Tuhan itu Maha Mendengar.

Baca entri selengkapnya »

Dari Novel Menuju Film

Oktober 13, 2011

Novel “Negeri 5 Menara” karya A. Fuadi yang kaya akan kisah inspiratif meledak di pasaran sejak cetakan pertamanya pada Juli 2009, kini sudah mencapai 170.000 kopi. Semua cerita yang tertutur di buku setebal 422 itu terinspirasi dari kisah nyata perjalanan hidupnya yang berserak dari mulai masa kecil di ranah Minang, lalu merantau ke tanah Jawa untuk menimba ilmu agama di Pondok Modern Gontor Ponorogo, hingga belajar di luar negeri. Kesemuanya ditulis dengan gaya sastra sehingga enak dibaca dan dibalut dengan nilai-nilai luhur kehidupan yang ia peroleh sewaktu nyantri di Gontor sehingga mampu mengobarkan aras semangat diri siapa saja yang membacanya dengan mantra sakti man jadda wajada.

Segera saja tawaran untuk memfilmkan novel tersebut datang dari sejumlah rumah produksi. Awalnya, Fuadi enggan, namun setelah ditimbang-timbang kembali demi asas kemanfaatan sesama akhirnya Fuadi memilih Kompas Gramedia dan Million Picture untuk mengerjakannya dengan sutradara muda berbakat Afandi Abdurrahman. Sementera untuk urusan skenario dipercayakan kepada penulis skenario kondang, Salman Aristo.

Namun ada kekhawatiran dari beberapa kalangan ketika novel yang ”super” indah dan inspiratif itu difilmkan. Sebab kedahsyatan cerita dalam sebuah novel seringkali tereduksi manakala divisualisasikan. Banyak sudah contoh bagaimana novel-novel hebat sebelumnya ceritanya menjadi “dangkal” ketika tampil dalam bentuk gambar. Fuadi sejatinya sudah menyadari kemungkinan akan resiko ini, tapi dia tak seberapa merisaukannya. Sebab, niat dibuatnya film ”Negeri 5 Menara” bukan semata untuk mengejar prestisiusme di jagad perfilman melainkan lebih pada alasan kemanfaatan lebih luas. Logikanya, meskipun menjadi buku best seller, terjual 170.000 kopi, tapi jumlah itu tak seberapa bila dibanding jumlah penduduk Indonesia. Dengan film diharapkan lebih banyak lagi masyarakat yang bisa tertular semangat novel tersebut, karena dunia film lebih mudah dan disukai masyarakat.

Baca entri selengkapnya »

Cairan Penyubur Tanah

Maret 3, 2010

Biaya Murah, Panen Melimpah

Siapa bilang bertani harus mahal? Sekarang ini, sudah ditemukan teknologi yang bisa memperbaiki kerusakan lahan pertanian akibat penggunaan pupuk kimia dan pestisida yang berlebih dalam rentang puluhan tahun. Dialah Among Setiowibowo, sang penemu cairan penyubur tanah dengan harga murah.

Ihwal Ditemukannya Cairan Penyubur Tanah

Bermula dari keprihatinan atas nasib para petani yang tak kunjung sejahtera akibat tanah mereka yang kian hari kian rusak. Saat musim panen tiba, hasilnya tak sebanding dengan biaya perawatan yang mereka keluarkan selama berbulan-bulan. Bahkan, tak jarang pula yang harus menuai kegagalan total, tak sedikitpun hasil panen yang bisa dibawa pulang. Baca entri selengkapnya »

Awalan
Tulisan ini mencoba untuk mempertemukan dua ranah gerakan yang berbeda: gerakan multikultural dan gerakan Persma. Keduanya selama ini dibayangkan saling berjarak dan seolah mustahil untuk disandingkan. Sebab, ranah yang pertama dilihat sebagai suatu gerakan yang hanya berkutat pada wilayah kebudayaan belaka, sementara yang satunya dipahami lebih sempit lagi, hanya berurusan dengan persoalan tulis-menulis, itu pun harus dilokalisir di ruang kampus. Namun sejatinya pemahaman seperti demikian terlalu dangkal dan reduktif.

Multikulturalisme adalah sebuah gerakan politik kebudayaan yang sedemikian luas. Ia lintas sektoral, lintas kebudayaan, bahkan lintas teretorial dan ideologi nation-state. Multikulturalisme berupaya mendobrak sekat-sekat eksklusivitas penanda kultural, etnis, ras, bahasa, agama, dan bangsa. Dengan begitu, multikulturalisme sebenarnya ingin mengajarkan dan mendorong adanya suatu interaksi dinamis antar penanda-penanda tersebut yang selama ini dipahami terlalu kaku yang akhirnya menjadikan mereka saling tidak tahu dan tidak kenal satu sama lainnya. Bahkan, lebih menggelisahkan lagi, ketika perbedaan identitas itu dilambari dengan sikap ego dan saling mencurigai antarsesamanya. Dan, ini bukanlah sesuatu yang asing di Indonesia. Berbagai gejolak dan konflik yang diakibatkan buruknya hubungan antarkelompok dalam masyarakat kita seolah menjadi problem keseharian bangsa yang kian hari kian menumpuk. Pada titik inilah, gerakan multikulturalisme menjadi sedemikian penting untuk membangun dan menyediakan ruang perjumpaan bagi beragam diversitas tersebut. Baca entri selengkapnya »

Surabaya tak hanya merupakan potret kota multietnik, tetapi juga memiliki warna keragaman agama yang cukup mencolok dibanding kota-kota lain di Jawa Timur dengan geliat kehidupan sosial-religi yang dinamis namun sekaligus rentan dengan lahirnya diskriminasi. Beragam varian agama berkembang di kota ini, mulai dari enam agama “resmi” –Islam, Kristen, Katholik, Hindu, Budha, dan Konghucu– sampai agama-agama yang diklaim “tidak resmi” oleh negara, termasuk kelompok penghayat kepercayaan dan agama Tao.

Berdasarkan data tahun 2004, Kantor Wilayah Departemen Agama (Kanwil Depag) Jawa Timur, dari total penduduk Kota sebesar 2.711.624, sebesar 2.197.456 adalah pemeluk Islam (muslim). Sementara, populasi Katholik sebesar 166.523, Protestan 254.845, Hindu 47.213, dan 43.587 diantaranya merupakan penganut Budha. Sedangkan agama Konghucu, Penghayat Kepercayaan dan agama Tao sampai saat ini masih belum diketahui berapa jumlah pasti populasi mereka.

Sementara itu, tumbuh subur pula beberapa populasi etnik di Surabaya misalnya, etnik Jawa, Madura, Tionghoa, Arab dan India. Belum lagi, beragam etnik lainnya yang bermigrasi di kota ini dari berbagai bantaran tanah air —khususnya mereka yang berasal Lombok, Papua, Ambon dan seterusnya. Etnik Jawa tersebar dihampir seluruh kawasan Surabaya, sementara etnik Madura banyak terkonsentrasi di kawasan Surabaya Utara dan Timur. Meskipun tidak dinafikan, keberadaan etnik Madura juga begitu mudah dijumpai di kawasan Surabaya Pusat, Surabaya Barat dan Surabaya Selatan. Sebaliknya, etnik Tionghoa, Arab dan India banyak terkonsentrasi dikawasan pinggiran bekas kota lama Surabaya, seperti Ampel, Krembangan, Genteng, dan sekitar Jalan Karet (dekat Kembang Jepun). Baca entri selengkapnya »

Pabrik Semen Diadukan

Februari 5, 2009

Surat KNLH Pertanyakan tentang Amdal

Jumat, 30 Januari 2009 | 00:34 WIB

Jakarta, Kompas – Jaringan Nasional untuk Advokasi Penolakan Semen Gresik dan perwakilan warga Sukolilo, Kabupaten Pati, Jawa Tengah, meminta Kementerian Negara Lingkungan Hidup membatalkan analisis mengenai dampak lingkungan PT Semen Gresik.

Amdal itu dibuat untuk perluasan pabrik di Sukolilo. Sebelumnya, mereka mengadukan penangkapan dan kekerasan polisi terhadap warga pada 22 Januari 2009.

Menurut mereka, proses penyusunan amdal selama ini tidak mengindahkan suara warga yang sebagian menolak sejak awal. Bahkan, keputusan Gubernur Jateng yang meminta penelitian ulang tidak diikuti kajian lebih dalam. Baca entri selengkapnya »

JAKARTA – Tujuh orang warga Sukolilo, Pati, Jawa Tengah mengadu kepada Gus Dur terkait penolakan rencana pembangunan PT Semen Gresik di Pati yang sudah disuarakan sejak 2006.

Akibat dari protes ini terjadi tindak kekerasan dan penangkapan terhadap sembilan warga Pati dan Kudus oleh aparat keamanan. Sebelumnya pada 22 Janruari 2009, ratusan personel Brimob dan Samapta menendang dan menginjak warga Desa Sukolilo.

Peristiwa ini terjadi ketika warga meminta kepala Desa Kedumulyo agar bersedia menemui warga dan mengklarifikasi informasi yang beredar terkait pembebasan tanah proyek tersebut. Baca entri selengkapnya »

Gelombang aksi penolakan rencana pembangunan pabrik PT Semen Gresik (Persero) Tbk. di Sukolilo, Pati semakin besar dan meluas. Jika beberapa hari lalu, tepatnya Senin, 5 Januari 2008, sekitar 3000 warga Sukolilo dan sekitarnya baik yang dimungkinkan kena dampak secara langsung maupun tidak berunjuk rasa di Kantor Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Pati, kini giliran pengurus Nahdlatul Ulama (NU) Kecamatan Gabus dan warga Nahdliyin se-Eks Kawedanan Kayen menyatakan sikap tegas penolakannya.

Kamis, 8 Januari 2008 kemarin, NU Gabus menggelar aksi berupa “Silaturrahim dan Tadarus Lingkungan” di Kompleks Ponpes Al-Ma’ruf , Pasinggahan-Sugihrejo, Gabus, Pati pimpinan Kiai Abd Rohman Adam. Acara tersebut dihadiri oleh pengurus NU Gabus baik level MWC maupun Ranting, Fatayat NU Gabus, juga kiai dan warga Nahdliyin se-Eks Kawedanan Kayen yang meliputi empat kecamatan, yaitu Sukolilo, Kayen, Tambakromo, dan Gabus.

Sikap penolakan ini sebagai wujud kepekaan dan bukti kepedulian NU terhadap problem-problem kemasyarakatan. “Sebagai organisasi yang besar, NU tidak boleh tinggal diam dalam hal ini. Karena pabrik semen itu lebih mendatangkan mafsadah (kerusakan). Maka sudah menjadi tugas NU untuk membela kepentingan masyarakat,” kata Zainal, panitia kegiatan. Baca entri selengkapnya »

Rencana pendirian Pabrik Semen Gresik di Sukolilo mengundang sejumlah perdebatan sengit yang akhirnya membelah mayarakat ke dalam dua kutub yang saling bertentangan: pro dan kontra. Di luar dua kelompok tersebut, adalah mereka yang tidak peduli terhadap persoalan ini.

Masing-masing kelompok memiliki alasan dan pembenarnya masing-masing. Secara umum, masyarakat yang setuju rata-rata memiliki harapan akan mendapatkan pekerjaan yang lebih menarik dari sekedar bertani. Masyarakat ini juga menaruh kepercayaan pada PT. Semen Gresik yang menjamin tidak akan merusak lingkungan serta menjamin pemenuhan kebutuhan air bersih masyarakat jika ada kerusakan pada mata air mereka. Selebihnya, masyarakat golongan ini merasa tidak berdaya karena menganggap rencana penambangan tersebut merupakan keputusan pemerintah yang sudah tidak bisa diganggu gugat.

Di lain pihak, masyarakat yang menolak rencana penambangan umumnya memiliki kekhawatiran akan keselamatan lingkungan mereka, terutama pada lahan pertanian dan suplai air dari mata air untuk kebutuhan sehari-hari. Kelompok masyarakat ini tidak termakan janji yang dilontarkan oleh pihak perusahaan, karena tidak percaya akan kebenaran realisasinya. Hal ini didasarkan pada fakta yang sudah ada, dimana setiap industri besar berdiri pasti akan melahirkan persoalan baru yang jauh lebih pelik. Baca entri selengkapnya »

Gerakan-gerakan yang berideologi transnasional belakangan ini kembali menjadi perbincangan hangat, khususnya di kalangan Islam. Dua organisasi keagamaan besar di Indonesia, Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah, tampaknya cukup keras dan hati-hati menyikapi fenomena merebaknya ideologi tersebut.

Beberapa minggu yang lalu, Pengurus Pusat Muhammadiyah mengeluarkan surat edaran yang diperuntukkan bagi para anggotanya yang terlibat juga dalam organisasi transnasional, seperti Hizbut Tahrir, Ihwanul Muslimin yang mewujud dalam Partai Keadilan Sejahtera, dan lain-lain. Surat itu secara tegas berisi tentang pilihan: Muhammadiyah atau organisasi yang berideologi transnasional.

Sementara itu, Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Hasyim Muzadi memberi statemen cukup keras terhadap persoalan ini. Secara eksplisit dia mengajak masyarakat Indonesia untuk mewaspadai gerakan yang berideologi transnasional tersebut karena dapat mengancam keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Baca entri selengkapnya »